Rabu, 09 Maret 2016

Artis Gereja

“Artis Gereja”
Tulisan ini dibuat bukan untuk dengan sengaja menegur orang lain, sebenarnya ini hanya untuk membantu saya untuk tidak menjadi  seperi judul tulisan ini. Sederhananya, tulisan ini untuk saya, bukan untuk anda, tapi jika ada yang diberkati dengan tulisan ini, saya bersyukur.
Saya hanya pernah mendengar kata artis berkumandang ditelinga saya ketika di gereja. Dan saya mulai berpikir, oh ternyata ada orang yang menganggap orang lain artis? Mengapa bisa dikatakan seperti itu, artis seperti apa yang dimaksud dan mengapa ada di gereja?
Pelayanan memiliki banyak bentuk dan yang paling mudah dilihat adalah pelayanan di atas altar, seperti bermain musik, pemimpin pujian, singers, paduan suara, penari tambourine, kuayer (tulisannya bener gak?) dll. Nah, ternyata pelayanan ini tak disangka mengundang anggapan bahwa pelayan-pelayan tersebut seperti artis. Mungkin karena memang pelayanan ini merupakan pelayanan yang menggunakan seni/art ya?
Jika dibandingkan dengan artis yang memiliki arti seperti mereka yang bekerja dilayar televisi tentu saja pelayanan di gereja harusnya tidak bisa disamakan seperti itu. Seperti suku katanya PELAYAN yang seharusnya memiliki arti bahwahan, pembantu, kata kasarnya ‘jongos’ yang bahkan ga layak dapet pujian karena memang sudah tugasnya melayani.
Sedikit miris rasanya bila di gereja ada orang yang beranggapan bahwa pelayanan adalah ajang menjadi artis (tentu saja dengan lingkup kecil) atau ada yang menganggap (tanpa sadar) dirinya artis dengan melakukan pelayanan ibadah di gereja.
Jika tidak keberatan, bolehkah saya memberi sedikit contoh bagaimana ‘artis gereja’ di gambarkan?
1. Artis gereja hanya mau berteman dengan mereka yang juga melayani atau para pengurus gereja lainnya, diaken, ketua wadah-wadah (anggap saja yang populer), jarang berinteraksi dengan jemaat yang tidak terlibat pelayanan, apalagi jiwa baru. merasa tidak perlu mengayomi/memuridkan mereka untuk terlibat melayani.
2. Ada rasa bersaing dengan pelayan yang lain. “Suaraku paling bagus disini.” “Apakah improvisasiku dilagu tadi sudah seperti idol?” “aku bisa memainkan jauh lebih baik dari yang lain.” “Jika tidak ada aku, mereka pasti tidak bertobat” dan banyak lagi ujaran2 di dalam hati merekA. Artis selalu bisa sombong dengan cara yang paling kudus di gereja melalui pelayanan mereka. Tentu saja hanya Tuhan yang tau dan Roh Kudus  mengingatkan dalam hati mereka berbisik: ya aku pernah seperti itu.
3. Suka mengkritik. Artis selalu menemukan banyak kekurangan tapi sedikit tindakan untuk terlibat dalam perubahan karena baginya, tugasnya hanya melayani apa yang terlihat dan membuat semakin banyak orang yang kagum padanya.
4. Narsis. Silahkan artikan sendiri bagaimana batas-batas dari memuliakan Allah atau memuliakan diri sendiri melalui sosmed dan akun chatting mereka. Narsis itu bahkan dapat sangat terlihat kudus, sekali lagi, hanya diri sendiri dan Tuhan yang tau postingan yang kita bagikan itu untuk memuliakan Tuhan atau diri.kita sendiri. Apakah kita menginginkan pujian bagi diri sendiri dan menghianati Allah?
Oswald Chambers pernah mengatakan bahwa sikap haus pujian dan mengarahkan orang lain pada diri kita sebagai sikap penghianatan terhadap Kristus. Karena sahabat mempelai laki-laki akan selalu membawa mempelai perempuan untuk jauh lebih dekat dengan mempelai laki-laki. Pelayanan hanya untuk mengarahkan jiwa-jiwa pada Allah, jika hal itu kita gunakan untuk menarik perhatian orang lain, mendapat pujian, menjadi terkenal, jika itu yang menjadi tujuan kita, maka kita adalah seorang penghianat.
Yohanes 3:29 (TB)  Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
Filipi 2:3 (TB)  dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
Saya percaya bahwa Roh Kudus selalu membimbing kita dan mampu menyelidiki kedalaman hati kita yang paling gelap. Seperti yang telah Dia lakukan kepada saya, tidak ada yang pengakuan dosa yang memalukan bagi Tuhan karena Dia mengasihimu dan rindu memurnikanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada saran atau kesan? Senang bisa berbagi pikiran :)

 
Share on :