Kamis, 28 Januari 2016

White Boots by Jamie Grace


Lagu ini memberkati sekali dan memberi semangat. Jangan lupa untuk hidup bagi Kristus dan utamakan Dia. He will give you what you need in the righ time. 

Little girl dreams are bigger than they seem
I’m thinking about my future in my daily routine
Blue house and a picket fence
That's the kind of innocence that makes me wanna wait
Until my wedding day Standing face to face with the love I know is true
I’ll promise him forever from the day we say, "I do"
I've got my white boots
My white dress
And baby, I ain't getting them dusty 
All I need you to bring
Are the rings
And I know in time I'll be ready 
Cause I've been waiting, waiting, waiting,
Waiting, waiting, waiting on you

Rabu, 27 Januari 2016

Jika kita tidak berbahagia kini, kita tidak akan berbahagia nanti

Dear my future husband,
Dirimu dimasa depanku bukan supaya aku berbahagia,
Dirimu dimasa depanku bukan supaya aku merasa lengkap dan aman.
Ketahuilah bahwa aku bahagia, aman dan lengkap saat ini, ditahun-tahun saat kita belum bersama.
Karena Allah

Minggu, 24 Januari 2016

Jawaban Atas Pertanyaan


Entah ini dikatakan apa
Aku mencari ditempat dimana dulu dia berada tapi sekarang sudah tidak ada siapa-siapa
Kosong, tetapi semua lebih rapi dari biasanya
Aku berkeliling, bertanya-tanya apa yang hilang
Tapi tidak juga kuketahui
Kemudian aku mulai bertanya pada diriku sendiri apa yang sudah aku miliki lalu kemudian hilang?
Tidak ada.

Memang belum seharusnya tempat ini dihuni oleh seseorang,
Lihat saja, masih ada banyak yang perlu dibenahi
Seperti sarang laba-laba di pojok ruangan misalnya,
Kursi yang bantalannya perlu diganti, ah aku harus membuatnya nyaman berada disini

Jumat, 22 Januari 2016

Gonta-ganti Pacar (terinspirasi dari curhatan teman)



Hal pertama yang terlintas dibenak saya ketika menulis ini: Are you serious? ini pasti akan nyindir beberapa orang.

Hal kedua: apa ini nggak lebih memperjelas status jomblomu yang uda lama itu? nggak ada yang berani angkat tema ini kecuali mereka yang sudah menikah atau yang ngejomblo.

Pada akhirnya saya menepis semua pemikiran diatas dan tetap menulis. Iya, mungkin akan ada beberapa yang tersinggung baca artikel ini sambil bilang dalam hati “anak ini lagi ngomongin aku yah?”. Sikap merasa tersinggung itu sebenar mengindikasikan ada kesalahan yang telah kita buat. Kenapa harus tersinggung jika sudah melakukan hal yang benar? Saya bersyukur jika saya tersinggung, karena dengan itu saya tau bahwa ada hal yang tidak beres dalam diri saya yang perlu diperbaiki. Jadi saya mau bilang, sini, sindir sayaaa… sindir sayaaaaaa… wkwkwk 

Oke, 
pertama apakah adalah hal yang wajar jika seorang Kristen yang lahir baru bergonta-ganti pacar?

Tidak, itu tidak wajar. Seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat pribadinya, pasti akan sangat berhati-hati dalam hidupnya. Dia (seorang Kristen) pasti melakukan segala sesuatu untuk memuliakan nama Tuhan saja, entah itu bekerja, memasak, belajar, bahkan dalam hal berpacaran.

 “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Kolose 3:17

 “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Kolose 3:23

Bukankah disitu ditulis segala sesuatu yang kamu katakan dan kamu perbuat? Jika kita suka berkata-kata gombal, merayu disana-sini untuk setidaknya mendapatkan pacar, apakah kita bisa melakukan itu dan nama Tuhan dimuliakan?

Apakah pacaran hanya supaya kita sama seperti orang kebanyakan yang punya teman buat pergi ke bioskop, belanja, dan dinner? Ada beberapa orang yang bahkan ga bisa jomblo barang sebulan, yang merasa ga aman kalo ga punya gebetan, yang panik ngeliat teman kanan kirinya telponan sambil manggil sayang-sayang.

Hey, apakah kamu sendiri tidak pernah melakukannya? Pacaran atau sejenisnya? (mungkin itu tanyamu dalam hati).

Dulu, sewaktu saya masih duduk dibangku SMA saya memang berpacaran, bukan sama yang seiman pula. Saat itu, saya merasa itu adalah cinta. Tapi percaya deh, semakin hubungan saya dekat dengan Kristus, saya merasa nggak ada damai sejahtera karena hubungan itu. Saya sama sekali tidak memiliki sukacita, meskipun pacar saya itu ganteng, baik, dan setia (sekarang dia uda jadi pacar orang). Saya merasa sedih ketika terus menjalani hidup seperti itu karena saya tau saya telah menyakiti hati Allah.

Apakah yang dirimu rasakan saat kamu tau sedang tidak mentaati Dia?
 
Jika kamu sudah bertemu dengan orang yang tepat dan sedang menjalin sebuah hubungan, beranilah berkomitmen untuk menjaganya tetap kudus. Milikilah hubungan yang senantiasa memuliakan Allah.

Untuk mengakhiri tulisan ini,

Saya pernah mendengar sebuah statement dari seorang teman, sama seperti ilmu ekonomi, semakin barang itu dimiliki banyak orang maka nilai ekonominya rendah karena barang itu pasti murah. Barang yang mahal dan berharga adalah barang yang hanya dibeli dan dimiliki satu orang. Semakin banyak orang yang bisa memiliki/mendapat giliran untuk memacari kita, menunjukkan nilai kita juga.

Guys, kita bukanlah barang, kita sangat berharga dari yang kita tau. Jangan bangga karena mantan kalian banyak, karena nilai kita bukan berasal dari itu. Kita dinilai dari darah yang mahal, hidup kita adalah milik Kristus sepenuhnya. Hanya, mau kah kita menjalani hidup sesuai dengan standar Allah? 
Dia yang akan membawa kita kepada orang yang akan menjadi pendamping  hidup kita. Hiduplah selayaknya putra dan putri Allah hidup.


“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” 1 Petrus 1:18-19

Kenapa Galau?


Galau bukan hal yang asing ditelinga kita terutama bagi para remaja. Bahkan orang  yang menurut pemerintah sudah dikategorikan dewasa pun, bisa mengalami galau. Saya juga pernah galau loh. Dari galau level 1 sampai level 10 juga pernah dan mungkin, suatu saat, ketika saya lagi dalam situasi ‘khilaf’ saya bisa galau lagi. Itu kenapa saya perlu menulis ini, sehingga saya (dengan pertolongan Roh Kudus) bisa mengingat dan menjadikannya cermin.  Bukannya bangga, tapi sekarang saya menyadari kenapa saya diijinkan mengalami pahit-asinnya galau itu.

Kenapa sih kok kita bisa galau?

1.      Allah bukan jadi yang utama
Kita menginginkan hal lain selain kehendak Tuhan, itu alasan utama kenapa galau bisa merundung kita. Memang bukan hal yang mudah menyelaraskan keinginan kita dengan keinginan Tuhan, saya tau itu sulit…