Kamis, 15 Maret 2018

Tips untuk Pemimpin Kelompok Kecil

Kelompok kecil (KTB, komsel, CG dan istilah lainnya) biasanya ada di beberapa gereja yang menekankan nilai pemuridan. Ada juga beberapa organisasi Kristen yang berfokus pada pemuridan di kelompok kecil, seperti yang saat ini aku tekuni yakni Perkantas. Apa itu Perkantas? Bisa cek disini.

Jika Tuhan Yesus saja memiliki 12 murid dan kadang hanya 3 murid saja yang sering diajak kemana-mana, ini menunjukkan bahwa di dalam kekristenan, adanya kelompok kecil itu sangat penting. Kelompok ini biasanya terdiri dari 7-3 anggota dan satu orang pemimpin. Apa yang dilakukan di kelompok kecil? Tentu saja tidak hanya sekedar bermain games seru, nonton bareng, dan hang out. Tapi lebih dari pada itu, kelompok kecil adalah tempat dimana kita bisa berbagi kisah hidup, mendapat teguran, semangat dan yang terpenting: mempelajari firman Tuhan bersama.

Sebenarnya aku bukan orang yang hebat dalam memimpin kelompok kecil sehingga berani menulis tips ini. Namun aku sedikit tau jika aku menjadi seorang anggota kelompok kecil, seorang pemimpin seperti apa yang aku butuhkan. Jadi sebenarnya tulisan ini berasal dari pengalamanku yang bergabung di KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) sejak 2013 hingga saat ini ketika aku mulai memimpin beberapa kelompok.

Langsung saja, 5 tips yang bisa dilakukan jika kita sedang memimpin suatu kelompok kecil:

Menjadi pendengar yang baik
Ada beberapa orang yang sangat kesulitan menjadi pendengar yang baik, aku mengakui bahwa aku adalah orang yang dulunya suka sekali memotong pembicaraan orang. Sebagai seorang sanguinis aku sangat ingin mengambil alih suasana. Seorang pemimpin yang baik adalah seorang pendengar yang baik karena dengan mendengarlah kita bisa mengerti dan masuk ke dalam dunia orang lain. Hal ini perlu dilatih, dengan terus mengingat bahwa kisah orang lain itu penting.


Menjadi teman bukan menjadi guru
Mengapa aku lebih suka menggunakan istilah teman? Karena seorang guru rasanya terlalu memiki kesan adanya jarak. Kelompok kecil yang seperti ruangan kelas (ada guru dan murid) akan kehilangan keintiman relasi. Seorang anggota kelompok kecil tidak membutuhkan guru, tetapi teladan. Mengapa? Karena seperti di depan kelas, seorang guru cenderung akan memberikan informasi tanpa mau diinterupsi. Seorang teman yang memberi teladan akan jauh lebih diterima apalagi jika kita memimpin sekumpulan anak muda. Akan jauh lebih mudah menyampaikan pesan jika kita mau menyelami dunia mereka, tau apa yang sedang hitz dan melakukan hobi bersama. Kelompok kecil tidak akan membosankan.

Memberi pujian
Pujian yang tidak berlebihan dan pada tempatnya, akan memberikan semangat yang mengubahkan. Kurangi mengkritik dan belajarlah melihat kemajuan yang boleh dimiliki oleh setiap anggota kelompok. Misalnya ‘Wah kamu sudah mulai rajin membaca Alkitab, bagus, lanjutkan. Belajar untuk terus rutin ya!’ tentu saja kritik yang membangun itu perlu, namun jangan lupa untuk memberikan pujian atas setiap usaha kecil yang mereka lakukan. Kalau pun tidak ada perubahan pada karakter dan sikap, nyatakan bahwa kita percaya mereka bisa melakukannya 'Aku tau kamu pasti bisa, kamu lebih dari sekedar rasa takutmu. Kamu ini diberkati dan disayang Tuhan.' ingatkan mereka akan janji-janji Tuhan, itu akan memberikan semangat.

Mengakui kesalahan dan ketakutan
Ada banyak seorang pemimpin yang gengsi untuk mengakui kesalahannya karena mereka berpikir menjadi pemimpin itu harus selalu suci seperti malaikat. Padahal, ketika kita terbuka kepada anggota kelompok kecil kita, itu akan membuat mereka menyadari bahwa kita adalah pribadi yang juga sedang berproses semakin serupa dengan Kristus. Terbuka akan ketakutan juga membuat kita menjadi seorang manusia (bahkan Yesus mengakui kegentarannya ketika di taman getsemani) kita memerlukan Allah serta dukungan doa dari saudara-saudara kita. Hal ini juga akan membuat kita jauh lebih semangat untuk taat.

Mengingatkan melalui bertanya
Semua orang perlu nasihat. Namun kebanyakan, anak-anak muda zaman sekarang sudah tau bagaimana harusnya berbuat baik. Hanya satu yang terkadang kurang: mereka acuh dan tidak peka akan suara Roh Kudus dalam hatinya. Maka dari itu daripada langsung memberikan resep obat (nasihat) jauh lebih baik kita menanyakan, bagaimana perasaanmu? Menurutmu, apa pendapat Tuhan tentang hal itu? berikanlah umpan pertanyaan lalu biarkan mereka berpikir dan menyimpulkan sendiri. Barulah setelah itu kita memberi arahan jika kesimpulan mereka kurang tepat atau peneguhan jika kita setuju dengan apa yang mereka sampaikan.

Sepertinya itu saja tips dariku untuk para pemimpin kelompok kecil. Semangat terus dalam membangkitkan cinta kasih Yesus di hati jiwa-jiwa! Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada saran atau kesan? Senang bisa berbagi pikiran :)

 
Share on :