Senin, 26 September 2016

Hai Farisi dan Selamat Tinggal!

Tau tidak? Kalau sebenarnya setiap kita memiliki sisi orang Farisi di dalam diri kita masing-masing?
Iya. Itu lho sikap yang suka nyombongin perbuatan-perbuatan ibadahnya, yang mementingkan penampilan luar, bersikap rendah hati tapi juga membanggakan kerendahan hati itu sendiri, yang selalu menganggap bahwa dirinya jauh lebih baik dari orang lain.

Semakin saya mempelajari tentang sifat orang Farisi ini, semakin saya tau bahwa saya juga memilikinya. Jika saya bilang hanya sedikit, maka sebenarnya saya membohongi diri sendiri dan menjadi semakin Farisi.
Kefarisian itu muncul di postingan status, foto selfie, caption IG, hastag, cara berpakaian, dan banyak hal yang saya inginkan orang lain lihat dalam diri saya. 

Hanya kita sendiri yang bisa menilai Farisi yang ada dalam diri kita, sejauh mana dia telah mengambil alih sikap hati dan cara berpikir kita. Hanya kita yang bisa mengenalinya!
Dan saya tidak ingin bersahabat dengan si Farisi ini. Tidak lagi setelah saya tau seberapa besar kekacauan yang bisa dia lakukan kedepannya. Saya benar-benar tidak suka dengan si Farisi.

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk tidak membiarkannya mengambil alih hidup kita, ingat, Allah benar-benar benci orang yang tinggi hati seperti orang Farisi ini.
Kira-kira ini yang saya tulis untuk Farisi yang ada dalam diri saya:

Berhenti memposting sesuatu di sosial media untuk dengan sengaja menegur orang-orang tertentu dan dirimu berharap mereka bisa bertobat setelah membacanya tapi kamu bahkan tidak mendoakan mereka.

Jangan membanggakan hal-hal yang kamu lakukan dimasa lalu dan terus mengingatnya sampai sekarang bahkan kamu ingin orang lain yang mengingatnya. Lakukan sesuatu saat ini tanpa menghitungnya. Lakukan sesuatu dengan kerendahan hati dan ingat bahwa sebenarnya dirimu bukanlah orang yang layak. Kamu hanya menerima anugerah untuk bisa melakukan itu.

Berhenti berpikir bahwa seharusnya orang lain memperlakukanmu dengan baik karena dirimu berharga dan berbakat. Berhenti berpikir kamu begitu sangat saleh sehingga orang lain layak melayani egomu dengan pujian mereka.

Berhenti memandang rendah orang lain karena mereka tidak sama sepertimu. Hanya karena mereka tidak melakukan hal yang sama atau dengan cara yang sama sepertimu bukan berarti mereka lebih buruk darimu. Berpikirlah bahwa Allah mengasihimu dan orang yang kamu rendahkan itu dengan kasih yang sama besarnya. Sama spesialnya. Tidak ada yang patut disombongkan.

Kau tau, terkadang memang baik merasa diri cantik dan memesona. Tapi itu bukan alasan yang tepat untuk membuatmu berpikir bahwa dirimu layak dikejar atau diperjuangkan. Berhenti membanggakan dirimu sendiri dan apa yang menempel padanya. Kenakanlah kerendahan hati! Pakai itu di wajahmu, ditubuhmu, di kaki dan tanganmu, di rambutmu. Pakai itu diseluruh tubuhmu dengan penuh kesadaran bahwa sebenarnya dirimu tidak layak mendapatkan yang terbaik. Hanya kemurahan hati Allah yang membuatmu mendapatkan pangeranmu nantinya.

Kurang lebih hal itu yang ingin saya katakan kepada Farisi yang ada dalam diri saya.
Baiklah Farisi, tidak senang mengenalmu, selamat tinggal dan jangan pernah kembali lagi. Setidaknya aku akan terus memastikan hal itu.

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Matius 5:8
Tulisan ini dibuat setelah saya selesai membaca Bab 3 dari buku ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada saran atau kesan? Senang bisa berbagi pikiran :)

 
Share on :