Kamis, 30 November 2017

Disaat Kita Perlu Jujur Kepada Diri Sendiri dan Allah


Di saat ketika aku merasa sendiri, Tuhan mengingatkan aku bahwa Dia tidak pernah meninggalkanku. Beberapa hari lalu aku menyadari sisi kemanusiaanku, bahwa aku tidak bisa seterusnya berpura-pura kuat. Aku tidak bisa seterusnya tampil sempurna. Itu sangat melelahkan. Di hari ketika aku jujur dihadapan Allah atas apa yang aku rasakan, aku merasa bebas. Meski ketakutan dan kekhawatiran itu tak sepenuhnya sirna, namun Tuhan mengingatkan aku kembali bahwa aku begitu dicintai.

Tidak ada yang jauh lebih baik selain berada di dalam hadirat Allah dan menjadi apa adanya. Kita bisa berpura-pura dihadapan manusia, tapi tidak dihadapan Allah Sang Pencipta kita. Bagaimana pun, Dia menerima kita sepenuhnya. Yang perlu kita lakukan adalah menerima diri kita sendiri apa adanya. Aku mengakui dan menerima kenyataan bahwa ternyata aku memiliki kelemahan. Aku mengakui semuanya dihadapan Allah, perasaanku, keinginanku, berharap aku bisa mengerti, mengapa aku seperti itu? Sungguh, menerima diri sendiri apa adanya bukanlah sesuatu yang mudah.


Namun aku bersyukur, Tuhan tidak pernah kehabisan akal untuk menyatakan kasihnya. Dengan cara yang sederhana, yaitu dengan kehadiran orang-orang disekitarku, doa-doa mereka yang menopangku, aku tidak pernah benar-benar sendiri. Tuhan menunjukkan bahwa kasih-Nya itu cukup. Aku saja yang sering kali meragukannya. Kadang kita bertanya-tanya, "Mengapa orang itu tampak selalu bahagia?" bukan karena mereka tidak lunya masalah, tapi karena mereka mampu untuk mengucap syukur karena hal-hal sederhana dalam hidupnya.

Inilah yang juga aku sadari, menjadi seorang pemimpin bukan berarti tidak memiliki pergumulan sama sekali. Menjadi seorang pemimpin adalah tentang menyadari bahwa kekuatannya hanya berasal dari Allah, bahwa dia hanya manusia berdosa yang memperoleh karunia untuk melayani. Menjadi seorang pemimpin berarti menyadari ketidak sempurnaanya dan mengandalkan Allah. Menjadi pemimpin bukan berarti tidak pernah merasa kesepian, namun bagaimana dia menikmati Allah di dalam kesepiannya itu dan menjadi kuat bersama-Nya.


 “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.” Filipi 4:12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada saran atau kesan? Senang bisa berbagi pikiran :)

 
Share on :