Senin, 01 Maret 2021

Perbincangan Bersama Mama

 "Ma, barusan aku menonton film. Katanya, puisi itu adalah lagu tanpa nada." Aku berhenti sejenak. Menatap Mama yang sedang membelakangiku dan menatap ke luar jendela. Aku mendesah panjang, "Aku iri dengan Lara Jean. Mengapa di film semua perempuan cupu dan kutu buku memiliki kisah cinta yang indah? Tapi tidak denganku." Mama kemudian menatapku dengan matanya yang teduh. Dia kemudian duduk di sampingku. Aku mendekatinya dan memeluk tangannya. 

"Ayah pernah bilang, katanya Mama itu cintanya Ayah. Aku belum bertemu Ma, dengan orang yang dengannya aku jatuh cinta. Apakah itu aneh?" Mama membelai rambutku lembut. 

"Ini memang belum waktunya, kan? Aku sungguh berharap begitu." Aku berubah posisi tidur dipangkuannya. 

"Ma, kalau Mama masih ada, kira-kira apakah Mama juga akan jadi orang yang menuntutku untuk segera menikah? Atau Mama akan memberiku wejangan? Wejangan seperti apa?" Hanya hening yang tersisa dan angan tentang sosok ringkih dari masa lalu itu lenyap.

"Apa yang Mama akan katakan ketika aku berkata, nampaknya pernikahan itu merepotkan ya. Apakah aku lebih baik melajang selamanya?" Aku tergelak memikirkan hal gila itu. Lalu memeluk bantal yang menjadi alas kepalaku. 

"Ma, nanti ketika aku menikah. Siapa yang akan memberiku wejangan untuk jadi istri yang baik? Aku membayangkan bagaimana wajah Mama jika ada di sana. Apakah Mama akan berbahagia?"

"Aku sendiri tidak menyangka jika sudah ada di masa ini Ma." 

Aku menutup mata perlahan, berusaha mengingat wajah yang telah lama tak kulihat. Tidak ingin lupa. 


Rinduku selalu akan membawamu kembali ke sini, Ma. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada saran atau kesan? Senang bisa berbagi pikiran :)

 
Share on :