image from www.unsplash.com |
Galau bukan hal yang asing ditelinga kita terutama bagi para
remaja, istilah galau sering digunakan ketika mereka lagi sedih. Bahkan orang yang usianya bisa dikatakan dewasa pun, bisa
mengalami galau. Aku juga pernah galau, bahkan mungkin akan galau lagi
dikemudian hari (haha). Dari galau level 1 sampai level 10 aku pernah
mengalaminya. Itu kenapa aku perlu menulis ini, sehingga aku bisa mengingatkan
diri aku sendiri. Bukannya bangga, tapi
sekarang aku menyadari kenapa aku diijinkan mengalami pahit-asinnya galau itu.
Kenapa sih kok kita bisa galau?
1. 1. Allah bukan jadi yang utama
Kita menginginkan hal lain selain kehendak
Tuhan, itu alasan utama kenapa galau bisa merundung kita. Memang bukan hal yang
mudah menyelaraskan keinginan kita dengan keinginan Tuhan, aku tau
itu sulit…
Ada banyak hal yang harus dikorbankan terutama keinginan-keinginan kita. Itu
mengapa kita diperintahkan untuk mengasihi Allah lebih dari apa pun di dunia
ini, jika kita tidak memberikan sepenuhnya hati kita kepada Allah, maka kita
akan sangat mudah galau.
Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan.
Ayat ini bukan suatu yang kebetulan, ayat ini hendak menyatakan bahwa memang
hanya di dalam Tuhanlah kita dapat benar-benar bersukacita.
2. 2. Kita menaruh pengharapan bukan kepada Allah
Ingatlah hal ini, ketika kekecewaan itu
mulai ada berarti kita telah mengandalkan orang/hal lain selain Allah. Kita
bisa saja mengandalkan diri sendiri, mengandalkan kepandaian dan asumsi kita
sendiri, orang lain, dan menjadikan Allah seolah-olah cadangan saja. Selain
Allah, segala sesuatu di dunia ini sangat rapuh. Bahkan diri kita sendiri. Ada
banyak kata motivasi yang mengatakan ‘percayalah pada dirimu sendiri’ aku
pribadi tidak setuju dengan ungkapan itu. percaya kepada Allah dan menaruh
harapan kepada-Nya adalah cara terbaik untuk kita menjalani hidup.
3. 3. Allah ingin membentuk dan memurnikan kita
Segala sesuatu yang terjadi memiliki
tujuan, percayalah bahwa kegalauan itu Tuhan ijinkan untuk membentukmu jadi
pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti bejana yang dihancurkan
berulang-ulang untuk mencapai bentuk yang diinginkan oleh penjunan, kamu adalah
bejana dan Tuhanlah penjunannya. Tidak akan ada sesuatu yang sia-sia selama
kamu mau bertobat dan mentaati-Nya.
4. 4. Sesungguhnya kita menginginkan sesuatu yang
bukan Allah maksudkan untuk kita.
Percayalah bahwa apa yang dirimu inginkan
saat ini bukan yang terbaik bagi dirimu. Atau setidaknya mungkin kamu tidak
mengingini hal yang sebenarnya sangat penting: hubunganmu dengan Tuhan.
Terkadang aku sendiri pun juga mengalami hal ini, kita terlalu mengingini
sesuatu yang fana tetapi mengabaikan sesuatu yang bernilai kekal yaitu
persekutuan kita dengan Tuhan. Sejauh mana kerinduanmu untuk bisa dekat
dengan-Nya? Kita perlu merenungkan kembali apakah hasrat terdalam kita adalah
Allah yang memang satu-satunya sumber sukacita sejati?
Aku
bersyukur karena kegalauan membawaku pada kesadaran ini: Tuhanlah satu-satunya
yang bisa diandalkan, Dia merencanakan yang terbaik bagiku, Dia rindu memiliki
hubungan yang intim denganku. Ada sesuatu yang berharga yang bisa kita pelajari
di dalam kegalauan hidup ini. Kita hanya perlu berhenti sejenak dan
merenungkan, apa yang sebenarnya paling kita ingini? Karena itu yang akan
menentukan, apakah kita akan tersakiti atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada saran atau kesan? Senang bisa berbagi pikiran :)